Selasa, 07 Juli 2015

Stress Menghadapi Suami Gonta Ganti Pekerjaan




“Saya kadang tidak mengerti mengapa suami selalu bergonta ganti pekerjaan sehingga bukan saja penghasilannya tidak meningkat tapi juga jabatannya itu itu saja saya kuatir nanti akan kehilangan pekerjaan, lantas bagaimana cara menghadapinya..? “


Kebebasan adalah “passion” terbesar yang dimiliki suami anda sehingga cenderung untuk mencari kepuasan batin dalam menjalani profesi, tidak ingin bekerja dalam “tekanan”, mudah tersinggung dengan orang yang berbeda pendapat dengannya, dan menyalahkan orang lain yang menolak ide idenya serta keinginan untuk hidup dalam bayangan kesenangan yang diciptakannya sendiri.

Dengan menyadari latar belakang yang ikut mewarnai perilaku gonta ganti pekerjaan suami anda dapat anda susun strategi menghadapinya atau membangun relasi dengannya, sebagai berikut:

1.      Ada baiknya anda mulai merintis usaha sendiri,sehingga dengan memiliki usaha sendiri suami lebih dapat mengembangkan kemampuan beraktualisasi. Berbisnis kuliner memiliki peluang keberhasilan yang bagus, bisa saja anda yang memasak suami yang memasarkan, misalnya.

2.      Berupayalah untuk dapat menerima dan bersyukur atas apa yang sudah dicapai suami hargailah perjuangannya, ajak suami untuk dapat menikmati apa yang sudah diraihnya jangan membiarkan mimpi mimpi indah tapi semu terus menghantui kehidupan anda.

3.      Ajaklah suami untuk berani menghadapi tantangan dan kendala yang dihadapi ,dikarenakan pindah kerja hanya karena menghindari masalah tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Bersiap sedialah anda menjadi sahabat baiknya dalam menerima dan mendengar keluh kesahnya.

4.      Dorong suami untuk berbaik sangka terhadap tantangan pekerjaan yang dihadapi, karena dengan berpikir positif suami lebih tahan dalam menghadapi  tantangan kesulitan yang dihadapi.

5.      Terimalah perasaan resahnya , jadilah sahabat sekaligus “konselor” yang empati agar suami merasa memiliki teman setia  yang dapat meringan kan beban pikiranya. Sekaligus dapat tumbuh  kepercayaan diri bahwa “badai pasti berlalu”.

“Allahumma ya kariimu yaadzal jalaali wal ikraam antataqabblahu minni walaa taqtha’ rajaa-ii minka yaa karim”.

Wahai Tuhan yang memiliki keagungan dan kemuliaan agar Engkau menerimanya dariku dan tidak memutuskan harapanku dari MU , Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar