Sabtu, 05 September 2009

Logika yang tak logis





Pada dasarnya kecenderungan manusia itu mengarah pada kebaikan. Buktinya ada keresahan jika melakukan pelanggaran.Tidak ada kesalahan besar tanpa keberanian mengabaikan kesalahan –kesalahan kecil.Lebih parah lagi tetap berbuat salah karena berpikir masih ada waktu untuk bertobat.Padahal tidak ada jaminan baginya bisa menikmati hidup untuk esok hari. Meresikon diri dalam derita jerit nurani,adalah cikal bakal ,meaningless.Hidup tanpa makna adalah neraka derita yang harus di huni.

Logika belajar adalah menguasai ilmu, ilmu bukan sebatas kumpulan pendapat dan kalimat tokoh dunia.Niat belajar diawal adalah menguasai ilmu guna kemanfaatan .Namun sungguh tak logis banyak orang berfikir bahwa ilmu yang di dapatnya tak snggup mnyelamatkannya. Buang buang waktu sekolah jika apa yang sudah diperoleh sama sekali tak bisa diandalkan. Jadi sudahkah ilmu yang dipelajri bertahun –tahun dapat digunakan mennyelamatkan hidupnya.

Sangat aneh orang bersedekah berharap bisa kaya padahal harta yang diberikan pada prinsipnya berkurang. Berharap sedekah akan berbalas lebih banyak hanya menghabiskan waktu dalam penantian kembalinya. Apabila ganjaran sedekah bukan berupa bonus deviden,maka profit yang didapat kekecewaaan.Jika pingin sedekah menjadi berbuah kebaikan. Bersedekalah tanpa berpikir itu sedekah. Jangan dihitung berapa yang diberikan . Anggap itu sebagai bagian yang selayaknya harus diberikan tanpa perlu dilihat. Dan tanpa anda sangka anda akan mendapatkan keberkahan. Karena Tuhan Maha matematika.


Manusia sering kali menolak keberkahan yang banyak disebabkan perilakunya. Hasil yang didapat sedikit berbuah keluh kesah dan ke kecewa an. Akibatnya sedikit sebagai lantaran tercapainya banyak terabaikan. Karena manusia terobsesi banyaknya. Sehingga hidup dalam angan hampa tanpa pegangan. Kita bisa marah ketika pemberian kita tak digunakan oleh orang yang kita bantu. Kita bisa dongkol lantaran orang tak tahu berterima ksih. Lucunya orang itu adalah diri sendiri. Orang sudah makan dan menikmati rezeki tapi tak sedikitpun syukurnya terucapkan.


Banyak orang yang lebih mengharap mendapatkan pujian orang. Citra diri , nama baik dan popularitas. Berlomba –lomba mencari nama baik tapi melupakan arti kebaikan. Ragam cara jahat dan licik dilakukan , lebih mengutamakan ridho nafsunya . Daripada ridho Tuhannnya.

Mengantar dan menangis jasad membeku ke peristarahatan terakhir, sering dilakukan manusia. Tak logisnya kejahatan tak kunjung berkurang. Mungkinkah mereka merasa manusia yang abadi....?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar